Nickylah yang terus menyemangatiku, ia berulang kali menuangkan
champagne ke dalam gelasku. Berulang kali, sampai aku tak ingat lagi
sudah berapa gelas champagne yang kuhabiskan, ketika itu aku sudah
tidak sadar alias mabuk. Ketika aku tersadar, hari sudah pagi dan
kurasakan mataku silau oleh sinar matahari yang menyelinap masuk
melewati sela-sela curtain di jendela aparteman. Aku terbaring di atas
sofa. Dan yang membuat aku lebih kaget lagi, pakaianku acak-acakan,
yang tersisa di tubuhku hanyalah kaus singlet dan celana dalam. Aku
bahkan tak sempat lagi untuk sekedar berpikir tentang siapa yang berani
menelanjangiku semalam, kepalaku masih terasa berat.
Aku mencoba untuk memejamkan mata sekali lagi untuk tidur, tapi tak
bisa, rasanya mataku masih berkunang-kunang. Tanganku menggapai-gapai,
mencoba untuk mencari sesuatu, tapi tak kutemukan. Saat itulah baru
kusadari kalau tak ada seorang pun di ruang tamu itu, aku ditinggal
sendirian. Tapi kemana mereka? Aku pun mencoba mengerahkan seluruh
kekuatan yang masih aku miliki untuk bangkit dan mencari dimana
bajingan-bajingan tengik itu yang telah berani berbuat kurang ajar
padaku.
Namun, tiba-tiba telingaku sayup-sayup menangkap suara seseorang
yang sedang mengerang-erang. Lama kelamaan terdengar makin jelas. Ya
ampun, mereka bertiga sedang "bermain" di atas spring bed. Aku
benar-benar tidak percaya dengan apa yang aku lihat saat itu, mungkin
aku masih mabuk. Tetapi tidak, apa yang kulihat saat itu benar-benar
nyata. Suara-suara itu makin keras, terdengar bergantian, mulanya
Zai-Zai, lalu Nicky, dan kemudian John Lung.
Aku masih terpaku memandangi mereka, aku tersenyum, lumayanlah
untuk tontonan gratis. Namun tiba-tiba, tanpa sadar, kurasakan tangan
Nicky mencengkeram bahuku. Dengan kerlingan matanya, aku langsung
menangkap maksudnya, aku diajaknya bergabung. Singkat cerita, aku pun
ikut dalam permainan mereka.
Nicky melumat bibirku lama sekali di atas sofa, sementara itu
tangannya bergerak liar menggerayangi seputar dada, perut dan kedua
puting susuku di balik singlet yang kupakai. Aku pun tak tinggal diam,
karena aku pun bukan amatiran dalam permainan semacam ini. Gaya
permainan orang Indonesiaku muncul. Kumain-mainkan lidahku di dalam
sela-sela bibir Nicky yang seksi, kuhisap dan kulumat dengan penuh
gelora nafsu, sesekali kugigit-gigit kecil belahan bibirnya. Sampai
detik itu saja, saat foreplay yang aku lakukan, Nicky sudah
menggelinjang-gelinjang dan mengerang, ia melenguh keenakan, "Argh.."
Kini badan kami sudah saling bertindihan, Aku mengambil posisi di
atas, karena ini adalah waktuku untuk memegang kendali permainan. Aku
terus melumat bibir Nicky yang segar dengan aromanya yang wangi,
begitupun sebaliknya. Setelah aku cukup puas dengan bibirnya, ciuman
dan jilatan lidahku perlahan turun ke bagian tubuh di bawahnya.
Sementara itu, tangan Nicky sibuk bergerilya di dalam CD-ku, ia
meremas-remas penisku yang sudah full ereksi kala itu.
Kemudian, ia memelorotkan CD-ku, setelah itu barulah ia memelorotkan
CD-nya sendiri. Wow, pahanya sangat putih dan mulus, mungkin tak jauh
beda dengan punyaku. Belum lagi aku terpana ketika sesaat kulihat penis
Nicky yang masih uncut (tak bersunat), namun tak kalah perkasa dengan
penisku saat itu. Aku tersenyum sesaat, air liurku mengalir ketika
memandang penis sepanjang 15 cm itu tegak berdiri di depan mataku. Tak
perlu menunggu waktu lama, langsung saja kumasukkan penis Nicky itu ke
dalam mulutku, aku sedot dan aku hisap kuat-kuat. Kumainkan maju mundur
di dalam liang mulutku, sampai air liurku membasahi seluruh penisnya
sehingga tampak mengkilat-kilat terkena sinar matahari, "What a fresh
penis!" gumamku.
Di tengah-tengah permainan kami, tanpa kusadari, ternyata Zai-Zai
dan John Lung sudah berada di dekat kami. John Lung mengelus-elus
punggungku dari belakang dan kemudian menjilatinya, sampai ke sela-sela
ketiakku, membuatku makin tenggelam dalam dunia kenikmatan ini.
Sementara itu Zai-Zai mendekatkan mukanya ke mukaku, "Sisakan untukku,
ok?" bisiknya bergurau. Kemudian tanpa ada komando, aku dan Zai-Zai
bercumbu. Wow, aku belum pernah bermain four in one sebelumnya, bagiku
ini sungguh pengalaman yang luar biasa dahsyatnya. Aku sampai
ketar-ketir dibuatnya. Bagaimana tidak, Zai-Zai mencumbu bibirku, John
Lung bermain-main dengan bagian belakangku dan menjilati punggung
bahkan sampai ke pantatku, sementara Nicky menghisap penisku di bawah
sana. Mereka begitu liar, seperti orang yang kehausan lalu menemukan
mata air di tengah padang gurun Sahara.
Mereka bertiga tak bisa dipandang sebelah mata untuk urusan ini,
mungkin inilah yang mereka lakukan sehari-hari di dalam kamar aparteman
ini. Ah, betapa senangnya!
Kini tiba giliranku bermain dengan Zai-Zai, sementara John Lung dan
Nicky mempunyai kesibukan sendiri di atas karpet. Zai-Zai memandangku
sambil mencengkeram lenganku, "Tunjukkan kebolehanmu di atas ranjang,
sobat!" tantangnya seraya menarikku ke atas ranjang.
Kami melanjutkan permainan ini di sana, di atas kasur spring bed
berukuran besar yang lebih empuk daripada di sofa ruang tamu. Hal
pertama yang kami lakukan di atas ranjang adalah bermain dalam posisi
69. Ach, tak bisa kuungkapkan dengan kata-kata perasaan yang aku alami
saat itu! Setiap kali aku melakukannya, terasa ada suatu kesan yang
baru yang berbeda dari apa yang pernah kulakukan.
Penis Zai-Zai sama menggiurkannya dengan penis Nicky yang sudah
kucicipi tadi, putih dan bersih, penis itu kini menjulang dengan
keperkasaannya di depan batang hidungku dan terciumlah aroma kelelakian
Zai-Zai di sana, membuatku mabuk kepayang saja! Satu yang juga menarik
perhatianku dari penis yang kini menjulang di depan mataku yaitu
jembut-jembutnya yang sangat sedikit bahkan nyaris plontos, mungkin
saja Zai-Zai baru mencukurnya, bagiku itu bukanlah masalah, malahan aku
makin horny saja melihatnya.
Kumasukkan pelan-pelan penis berukuran tak kurang dari dua
genggaman tangan orang dewasa itu ke dalam mulutku, rasanya
kenyal-kenyal dan empuk seperti permen karet. Kugerakkan maju mundur
berirama, makin lama makin cepat seiring dengan beat nafsuku yang kian
menggelora. Setelah kurasa cukup, aku selingi aksiku dengan kocokan.
Tak jauh beda dengan apa yang dilakukan Zai-Zai pada penisku di bawah
sana, pokoknya aku merasakan kenikmatan double saat itu.
Sampai sekarang aku rada heran, kenapa banyak orang yang tak suka
dengan oral seks, padahal menurutku variasi semacam ini sangat luar
biasa. Masalah rasa jijik yang seringkali dijadikan alasan, bagiku "no
problem", tetapi tentu saja dengan catatan partnerku harus bersih dan
sehat. Untuk Zai-Zai, aku yakin 99% kalau ia sehat alias tak
berpenyakit seksual, aku belum ingin mati muda, man! Apalagi mati
karena PMS (=Penyakit Menular Seksual), ojo sampai!
"Ouh..!" Zai-Zai menyedot penisku. Gerakan lidahnya makin liar,
terkadang ia menyapu selangkanganku, kanan dan kiri secara bergantian.
Aku tahu ia tambah horny melihat "burung"-ku bergelantungan di bawah
sana dengan keperkasaannya yang cukup membuat orang ketar-ketir ketika
melihatnya. Bukannya keGe-eRan, tapi aku bangga dengan rudalku yang
paling kusayang dan kurawat dengan baik ini. Tak lama setelah Zai-Zai
"menggarap" penisku dengan aksinya yang seganas itu, maka lava putih
kental itu pun muncrat dari kantong pertahanannya, membanjiri muka
Zai-Zai. Cowok bermata sipit itu tersenyum lebar, kemudian ia
melanjutkan lagi pekerjaannya, menggarap penisku untuk yang kedua
kalinya.
Sementara itu, aku bertarung mati-matian untuk menaklukkan bisa
menaklukkan rudal Zai-Zai. Baru kusadari kalau ternyata Zai-Zai adalah
lawan yang sangat tangguh, pertahanannya baru jebol sepuluh menit
kemudian. Tepat ketika penisnya hendak kumasukkan ke dalam mulutku, tak
ayal semprotannya yang hangat dan kuat membuat wajahku basah kuyup oleh
sperma kentalnya.
Tetapi tiba-tiba aku merasa ingin sekali menjilati sperma Zai-Zai yang
masih melekat di ujung penisnya dan di bagian wajahku sejauh yang bisa
dijangkau oleh lidahku, dan akhirnya kulakukan juga tanpa dikomando.
Terus terang, bagiku ini adalah pengalaman pertama minum sperma. Aku
tak pernah melakukannya terhadap Denny atau pun Valent sebelumnya.
Ternyata, not bad! Lumayan juga rasanya! Setidaknya lebih nikmat
daripada champagne yang semalam aku minum, malahan yang satu ini
kandungan alkoholnya jauh lebih berat, mungkin sampai 90% atau lebih,
pokoknya bikin kepala langsung snut-snut mabuk kepayang, tapi yang
lebih dahsyat lagi efek ketagihannya itu loh, nggak ku-ku! Karena
itulah, aku mengulanginya lagi pagi itu, terus dan terus, sampai
Zai-Zai betul-betul lemas dan tak sanggup melayaniku lagi. Tentu saja,
aku juga perlu istirahat. Malahan aku sebenarnya sudah merasa capek
sekali sedari tadi. Kau tahu sendiri kan, Aku kan bukan superman yang
bisa bertahan main lebih dari 10 ronde!
Begitu aku terjaga, sudah jam 12 siang. Zai-Zai, Nicky dan John
Lung masih tertidur kecapaian. Tentu saja, mereka sudah main sebelum
aku bangun tadi pagi. Entahlah, mulai dari jam berapa mereka memulai
pesta ini, tapi yang jelas kalau mereka lebih capek dari aku, itu
wajar.
Aku tak akan pernah melupakan hari itu sebagai sebagian lembaran
sejarah masa laluku, karena aku sadar bahwa masa lalu tak akan pernah
bisa diperbaiki atau pun diulangi, segala sesuatunya sudah terjadi dan
tidak ada satu pun yang perlu disesali.
E N D